www.diansastro.20m.com About Biography Photo Poems Tips
 

 

Kekasih sejati 

adalah ketika kamu menitikkan air mata, maka dengan kebesaran cintanya ia tetap peduli terhadapmu.

Sebuah kekuatan abadi  yang ketika kamu tidak mempedulikannya dan dia masih menunggumu dengan setia.. 

Ketulusan sejati adalah Saat Sang kekasih mulai mencintai orang lain dan dia masih bisa tersenyum sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu‘…  

Hartono Beny Hidayat

 
 

 

Kisah disuatu persimpangan jalan

www.diansastro.20m.com

Terlihat seorang dara duduk terpekur disudut ruang kebisuan, matanya menerawang jauh...terlihat tetes demi tetes bulir airmata jatuh membasahi pipinya yang halus.Tak terdengar sepatah katapun darinya , hanya desis kesedihan serta keputus-asaan sajalah yang bergema dari bibir kesunyian itu. Dari belakang punggung  sigadis seuntai tangan halus menyapa pundaknya, dalam kegundahan hati kemudian ia berkata...

" Duhai anakku tercinta....duri apakah gerangan yang membuat permata hatiku yang selalu bersinar penuh ceria,  selintas berubah laksana awan mendung -yang menutupi indahnya mentari ?!'...'Katakanlah wahai putri jiwaku,  siapakah wujud yang tega membuat belahan hatiku ini, berderaikan airmata kesedihan ?!".....

"Duhai bibi...aku tak tahu apa yang kini kurasakan....aku telah jatuh hati , namun ku tak berdaya karena  yang aku kasihi hanyalah sebuah bayangan, sebuah bayangan yang semu namun nyata adanya, Ia-lah bayangan yang telah membuat sinar mataku  kembali memancarkan sinar harapan yang telah lama meredup,"

" Sebuah bayangan  yang jauh dari pandangan mata namun dekat dihatiku.....aku sendiri masih bingung didalam memaknai semua ini , seandainya aku ceritakan padamu, mungkin engkau akan mentertawakan dan menganggapku aneh , karena kesemuanya ini berangkat dan  berawal  -dari  ketulusan yang gila dan kegilaan yang tulus!!"....

Sambil tersenyum dan membelai rambutnya dengan jari-jari kebijaksanaan , wanita tua itu berkata dengan lembutnya, "Ceritakanlah buah hatiku, aku akan mendengarnya sekalipun itu cerita paling aneh dan paling ganjil sekalipun!"

"Pada suatu redup senja, jiwaku bertemu dengannya disuatu persimpangan jalan yang aneh, sebuah jalan ghaib yang tak sengaja  menuntun dan mempertemukan langkah kami......jiwaku dan jiwanya saling berbagi cerita dan bertegur sapa, ....entahlah bibi, saat itu  aku merasa ia adalah teman langitku,  aku  merasakan seolah-olah sisi ruang dari diriku ada didirinya!"....

"Namun entahlah ...dari suatu lamunan ke lamunan lainya , jiwaku seakan menerawang jauh, dan dari lamunan itu sesekali waktu -dengan tiba-tiba saja aku mengharap , suatu saat bayangan itu memang ada wujudnya, dan memang nyata adanya....tetapi kemana aku dan dia, bisa mencari wujud dari masing-masing diri ?!..."sedang hasrat jiwa hanya bisa mengharap  pasrah, kepada keajaiban - keajaiban yang membawa kami dalam suatu pertemuan yang nyata ?!" .....

'Mungkin saat itu  aku tak pernah menganggapnya dirinya ada , karena hal ini memang berangkat dari  sebuah jalinan  semu, ia tetaplah bagaikan sebuah bayangan, sisi lain dari jiwaku berkata : "aku harus menggunakan akal sehatku, aku tak boleh terbuai, ya...tak boleh! "....ia menghela nafas panjang, kemudian melanjutkan ceritanya kembali....

"Waktu telah lama berlalu , kucoba melupakan ddan mengakhiri kisah-kisah  semu itu, lalu mencoba merajut kehidupan yang lebih nyata....dan ternyata sang nasib berkendak lain , serasa tak ingin mengakhiri segala kisah yang ada, takdir mempertemukan kami...ajaib memang !....Alam seakan-akan memiliki ceritanya sendiri !...seandainya aku mengetahui keberadaannya disana !....mungkin saat itu aku akan tersenyum padanya, kan kuberikan padanya seutas senyum- yang takkan pernah bisa terlupakan sepanjang hidupnya!"..."Yah, seandainya saja....dan seandainya saja aku bisa membalikkan waktu !"

"Duhai bibiku tercinta, di saat hari-hari dan musim berhiaskan  langit  kesedihan serta merintikan airmata duka, ........"

"Entah bagaimana,  Tiba-tiba saja jiwaku menangis untuknya,.......dipersimpangan jalan itu  aku kembali teringat padanya,  -aku telah meninggalkannya seorang diri !"...

"Disaat hewan-hewan  kembali kesarang  disaat badai melanda , aku meninggalkannya seorang diri dipadang kesedihan  itu....Oh, Sang Pemurah dan  Pengasih-betapa kejamnya aku !...."Dalam keremangan malam yang dingin ini, apakah ia masih bernyawa?....dikeramahan- sudut tepian  langit manakah ia berteduh?....dimangkuk ajaib manakah ia mengenyangkan kesedihannya ?!".

Dengan jemari lentiknya sang dara menyapu bulir-bulir airmata kesedihan  ,sambil menahan isak tangis yang dalam ,ia berhenti sejenak .Tampak dua mata indahnya  berkaca-kaca seakan menembus batas dinding-dinding kerinduan.....sesekali ia menutup wajah cantiknya, kemudian dengan terbata-bata dan dengan sisa-sisa kelembutan hatinya - ia mecurahkan perasaannya kembali .....

" Duhai keego-an diri,  apakah ia masih memikirkan diriku ?...apakah ia masih mengharapkanku , apakah ia masih menungguku dipersimpangan jalan itu, tahukah ia bahwa aku tak pernah berniat meninggalkannya ?...apakah ia sudi menerimaku kembali sebagai sahabat jiwanya?!"..."Kenapa aku seakan diam saja wahai kesunyian malam , kenapa jiwa ini seolah-olah  tidak memperdulikan keberadaannya, walau sebenarnya aku peduli?!"...."Apakah sang sahabat  mengetahui ketulusan  hatiku ini ?...Masihkah ada rasa sayang itu ataukah kebencian yang ada dibenaknya kini ?!......."Duhai badai jiwa yang kini berkecamuk....aku tak berani membayangkannya !"....

Dalam kegundahan jiwa, sang dara  memeluk bahu bibi  tercinta -lalu menangis sejadinya,....... laksana anak sungai yang mengalirkan air  kehidupan, tampak tetesan bulir airmata kasih -mengalir deras dari kelopak-kelopak jiwanya.

Sambil membelai rambut indahnya bak mayang terurai., sang bibi  membisikkan kata-kata lembut untuk menguatkan bathinnya , laksana ibunda bumi yang sedang mendongengkan kebijaksanaan kepada bunga dan rerumputan, ia berkata :

"Duhai permata hatiku !...lihatlah koin emas ini, walau ia merupakan satu kesatuan- ia tetaplah dua sisi yang berbeda !"

"Begitulah jalan hidup , tak ada yang sama....takdir memang mengharuskan kita memainkan peranan yang kita harus mainkan...dan begitulah memang jalan hidup yang meski dijalaninya !"

"Janganlah bersedih untuknya, tersenyumlah !...bukankah kebahagianmu , kebahagiannnya juga ?!"..."Berdoalah untuknya, sebagaimaa ia mendoakan kebaikan padamu !"...

"Berilah doa- doa yang akan menguatkan keteguhan hatinya!"..."Itu lebih baik daripada engkau bermuram durja !"..."Janganlah menambah kesedihan untuknya !"...

"Bila kau rindu padanya serukanlah kerinduanmu kepada burung-burung yang melintas diangkasa, dan apabila ia mendengarnya, maka  ia akan rentangkan sayapnya lalu menjemput jiwamu yang bersedih diruang kehampaanmu  ini, bukankah ia pernah berkata seperti itu padamu ?!"

"Duhai buah hatiku, luruhkanlah segala kedukaanmu......tepiskanlah segala gundah. Bernyanyilah untuknya agar ia tabah dan kuat menapak dijalannya!"..."Tulislah dan tuangkanlah segala rasa hatimu, walau ia tak pernah sekalipun membaca senandung jiwa ini, kuyakin mata hatinya dapat memahaminya!"

Sang dara tampak tersenyum lega...ia mengecup pipi lalu memeluk bahu sang bibi dengan sejuta rasa kasih,  seandainya bulan dan bintang melihat ketulusan itu , pastilah mereka akan dibuat iri olehnya, iri atas ketulusan cinta kasihnya !

Hartono Beny Hidayat

Home